PEMBERONTAKAN SATSUMA
A. Awal Mula Pemerintahan Bakufu
a. Asal Mula munculnya Samurai
Kaum Samurai sendiri sudahmuncul di Jepang sebelum masa Heinan. Kaisar memerintahkan semua laki-laki untuk di bekali senjata dan bela diri guna membantu tentara. Pada awal masa Heian, sekitar akhir abad ke 8 dan awal abad ke 9, Kaisar Kammu memperluas kekuasaanya di utara Honshu. Tentara yang dikirim untuk mematahkan pemberontak Emishi akhirnya kalah di medan perang. Dalam hal ini Kammu kemudiann memperkenalkan gelar Seiitaishogun atau Shogun dan mulai bergantung kepada laki-laki dari daerah atau para Sakimori . Para Sakimori itu sangat mahir dalam pertempuran, berkuda ataupun memanah.
Pada masa Heian, tentara Kaisar dibubarkan dan kekuasaan Kaisar berangsur menjadi lemah. Meskipun Kaisar masih berkuasa, namun para Sakimori semakin berkuasa di Kyoto. Mereka mengambil kedudukan sebagai menteri dan anak serta saudara mereka di beri kedudukan sebagai Daimyo atau penguasa daerah untuk mengumpulkan pajak. Para Daimyo ini sering mengenakan pajak yang sangat tinggi dan memberatkan, shingga akibatnya banyak para petani yang harus meninggalkan tanah mereka. Sakimori bertambah kuat dengan menawarkan pajak yang lebih rendah kepada rakyat mereka. Para Sakimori ini saling menguatkan diri untuk mematahkan Sakimori dan Daimyo lain yang ingin mengutip atau mencuri hasil pajak di daerah mereka masing-masing. Mereka akhirnya membentuk diri mereka hingga menjadi anggota bersenjata dan menjadi Samurai.
Nama Samurai sendiri datangnya dari pengawal istana Kaisar yang digaji oleh para Sakimori tersebut. Mereka bertindak sebagai polisi di dalam dan sekitar Kyoto. Mereka yang sekarang dikenal dengan istilah Samurai itu dilengkapi senjata oleh pemerintah dan memiliki keahlian dalam seni bela diri. Mereka merupakan Saburai, atau orang suruhan. Tetapi kelebihan sebagai golongan bersenjata pribadi semakin menonjol. Dengan menjanjikan perlindungan dan mendapat kekuatan politik melalui perkahwinan politik, mereka mengumpulkan kekuasaan yang akhirnya melebihi pemerintah bangsawan.
Sebagian Samurai berasal dari kalangan petani yang terpaksa mengangkat senjata untuk mempertahankan diri dari Daimyo yang dilantik oleh Kaisar untuk memerintah dan menarik Pajak di kawasan mereka. Para Samurai ini bersatu untuk mempertahankan diri. Pada pertengahan zaman Heian, mereka telah menggunakan perisai dan senjata serta meletakkan asas mereka kepada Bushido, kode etik mereka yang terkenal.
b. Munculnya Kekuasaan Samurai
Di akhir zaman Heian sebenarnya sudah ada Pemerintahan klan Taira di bawah pimpinan Taira no Kiyomori namun tidak disukai rakyat dan ditentang banyak pihak. Perlawanan terhadap klan Taira dimulai sejak Persekongkolan Shishigatani dan secara resmi dipimpin putra mantan Kaisar Go-Shirakawa, Pangeran Mochihito yang langsung tewas dibunuh. Peristiwa ini menyebabkan bangkitnya kekuatan perlawanan terhadap klan Taira di seluruh Jepang.
Minamoto no Yoritomo yang sedang diasingkan di Izu ikut mengangkat senjata, tapi ditaklukkan dalam Pertempuran Ishibashiyama. Dari tempat pelarian di Awa, Yoritomo memimpin perjalanan panjang melewati Provinsi Kazusa dan Provinsi Shimousa. Di tengah perjalanan, Yoritomo mendapat dukungan dari klan Taira Bandō yang merupakan percabangan klan Taira di wilayah Kanto. Setelah menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan, Yoritomo mendirikan markas di Kamakura yang dulunya pernah menjadi pusat kekuatan para pendahulu klan Minamoto. Lembaga pemerintahan seperti Samurai Dokoro didirikan untuk mempersatukan berbagai kelompok samurai di wilayah Kanto, sedangkan Yoritomo mendapat sebutan Kamakura-dono (Yang Dipertuan Kamakura). Setelah memenangkan Pertempuran Fujigawa dan mendapat dukungan kelompok samurai wilayah Kanto, Yoritomo memulai pemerintahan di wilayah Kanto.
Setelah klan Taira diusir dari Kyoto oleh Minamoto no Yoshinaka pada bulan Juli tahun 1183, Yoshinaka dan pengikutnya mendukung Pangeran Hokuriku untuk naik tahta sebagai kaisar. Sementara itu, pasukan Yoshinaka bertindak kejam terhadap warga kota Kyoto. Perkembangan situasi membuat mantan Kaisar Go-Shirakawa mengundang Yoritomo untuk menguasai Kyoto. Sebagai jawaban, Yoritomo menuntut agar kepemilikan tanah sistem manorialisme di wilayah Tokaido, Tosando, dan Hokurikudo dikembalikan ke sistem lama yang disebut Kokushi. Sebagai penghormatan terhadap Yoshinaka, permintaan tersebut sedikit dilonggarkan dengan tidak memasukkan wilayah Hokurikudō yang dimiliki Yoshinaka. Permintaan tersebut disetujui dan secara de facto, Yoritomo menjadi penguasa wilayah sebelah timur Jepang.
Pada tahun 1184, Yoritomo mendirikan lembaga pemerintahan, seperti kantor administrasi bernama Kumonjo (kemudian berganti nama menjadi Mondokoro), dan kantor peradilan yang disebut Monchujo. Sementara itu, Yoritomo mengutus adik-adiknya, Minamoto no Noriyori dan Minamoto no Yoshitsune untuk menghancurkan sisa-sisa klan Taira. Dalam Pertempuran Dan no Ura, klan Taira dihancurkan dan sekaligus mengakhiri perang saudara yang berlangsung selama 6 tahun.
Masih di tahun yang sama, Yoritomo menerima mandat dari mantan Kaisar Go-Shirakawa untuk menyingkirkan Yoshitsune dan Minamoto no Yukiie dengan alasan telah melanggar aturan pemerintah Yoritomo. Dalam usaha menangkap Yoshitsune dan Yukiie, Yoritomo diberi mandat untuk memberhentikan serta mengangkat Jito dan Shugo yang bertugas memungut pajak berupa beras untuk perbekalan militer dan sebagai pejabat di kantor pemerintah lokal. Berdasarkan mandat tersebut, Yoritomo berkuasa atas kekuatan militer serta kepolisian di seluruh negeri, dan sekaligus menandai berdirinya pemerintahan Keshogunan Kamakura yang menguasai seluruh Jepang. Walaupun demikian, pemerintah Yoritomo baru menguasai seluruh wilayah Jepang bagian timur setelah menghancurkan klan Oshu Fujiwara dalam pertempuran oshu pada tahun 1189.
Setahun kemudian, Yoritomo ditunjuk sebagai panglima tertinggi kekuatan militer (Ukone no Daisho) dan berbagai jabatan tinggi lainnya dalam pemerintahan, namun segera mengundurkan diri. Ambisi Yoritomo adalah diangkat menjadi Seii Taishogun dan terlaksana setelah penentangnya, mantan Kaisar Go-Shirakawa wafat pada tahun 1192. Pengangkatan Yoritomo sebagai shogun juga sering digunakan untuk menandai berdirinya Keshogunan Kamakura.
B. Jepang Pada Masa Meiji
a. Restorasi Meiji
Restorasi Meiji yang timbul dan dilatar belakangi oleh kekecewaan masyarakat Jepang kepada pemerintahan Shogun, dimana sebelum tahun 1867 Tenno (Kaisar) tidak memegang pemerintahan sendiri, ia hanya merupakan simbol atau sebagai dewa di dalam istana di Kyoto. Sedangkan pemerintahan diserahkan kepada seorang Shogun yang menentukan segala-galanya dan merupakan kekuasaan yang tertinggi di Jepang. Sedangkan ditiap daerah dipimpin oleh seorang Daimyo yang memiliki tentara sendiri atau samurai.
Pada masa menjelang terjadinya Restorasi Meiji Jepang dipimpin oleh Keshogunan Tokugawa. Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang setelah Keshogunan Kamakura dan Keshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa dimulai pada tanggal 24 Maret 1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishogun dan berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar (Taisei Hokan) pada 9 November 1867.[1]
Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai zaman Edo atau zaman Tokugawa. Dalam periode historis Jepang, masa pemerintahan Keshogunan Tokugawa disebut zaman Edo, karena ibu kota terletak di Edo yang sekarang disebut Tokyo. Keshogunan Tokugawa ini memerintah dari Istana Edo hingga Restorasi Meiji.[2] Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang diwarnai dengan maraknya gerakan untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa dikenal dengan sebutan Bakumatsu.
Restorasi Meiji ini muncul akibat dari kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan Shogun yang dianggap lemah. Hal tersebut diawali dengan peristiwa terjadinya pembukaan Jepang oleh Commodore Perry (Perjanjian Shimoda, 30 Maret 1854). Hal tersebut disebabkan :
- Pemerintah Bakufu berpegang pada politik Isolasi, karena takut akan masuknya pedagang-pedagang asing yang berakibat masuknya juga imperialisme asing.
- Pada tahun 1842 Tiongkok telah dibuka untuk bangsa Asing oleh Inggris, dan habis dibagi dalam daerah-daerah pengaruh antara Inggris, Perancis, Rusia. Jadi tinggal Jepang saja yang belum tersentuh.
- Amerika serikat membutuhkan tempat transit, dalam pelayaran antara panatai barat USA dan kebetulan Jepang memiliki pelabuhan alam yang baik dan mengandung kemungkinan-kemungkinan perdagangan (teh, sutera) yang sangat menguntungkan.
- Kepulauan Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik.[3]
Amerika Serikat sebenarnya sudah lama mengincar Jepang, pada tahun 1846 misalnya, Commodore Biddle pernah mencoba membuka perdagangan tetapi gagal. Akhirnya pada tahun 1953 Commodore Perry masuk dengan membawa 4 kapal perang di Teluk Yedo (Yokohama) dan mengancam Jepang untuk membuka pelabuhannya bagi bangsa Asing. Shogun yang berkuasa saat itu adalah Iyesada meminta diberi waktu. Perry akhirnya pergi dan kembali lagi di tahun 1954 denganmembawa 7 buah kapal perang, shogun akhrinya menyerah dan terpaksa menandatangani Perjanjian Shimoda yang isinya adalah penetapan pembukaan pelabuhan-pelabuhan Shimoda dan Hokodate di buka untuk asing.
Pembukaan tersebut merupakan awal saja karena terjadi lagi tahapan kedua di tahun 1858 dalam Townsend Harris Agreement, yang isinya:
1. Jepang Menyetujui pangangakatan duta Amerika di Yedo dan konsul-konsul dikota-kota pelabuhan yang dibuka untuk perdagangan asing.
2. Jumlah pelabuhan yang dibuka ditambah.
3. Diadakan perdagangan bebas dan warga Negara Amerika Serikat dibolehkan diam di Yedo, Osaka dan kota-kota lainnya yang telah dibuka untuk perdagangan asing.
4. Eksteritorialitas.
5. Penetapan peraturan bea impor.
6. Kebebasan warga Negara Amerika melakukan peribadat agama.
7. Larangan impor candu.
8. The most-favoured nation.
9. Pertukaran mata uang dnegan bebas.P
10. Peninjauan kembali persetujuan setelah 4 Juli 1872, jika salah satu pihak menghendaki.[4]
Akibat dari perjanjian ini berarti jepang telah terbuka lebar dan politik isolasinya sudah berakhir.
C. Dampak Restorasi Meiji
Pembukaan Jepang bagi bangsa asing ini telah membawa akibat yang signifikan bagi bangsa Jepang terutama kekuasaan shogun, sebab pembukaan wilayah itu menimbulkan munculnya perasaan anti-Shogun, Shogun dianggap lemah dan menjual tanah airnya kepada bangsa Asing, di samping itu gerakan pro-Tenno juga semakin kuat di mana Komei Tenno yang menolak untuk menandatangani perjanjian shimoda dianggap sebagai orang kuat dan Shogun harus mengembalikan kekuasaannya kepada Tenno.
Masa-masa menjelang peralihan kekuasaan tersebut telah menimbulkan ketegangan tersendiri di Jepang yaitu antara Tenno yang didukung Satsuma dan Shogun, bangsa asing (Inggris, Perancis) berusaha ikut campur tangan untuk melemahkan Jepang dengan mengobarkan perang saudara. Inggris ingin mendukung Tenno dan Perancis Shogun. Tetapi baik Tenno maupun shogun menolaknya. “tidak akan ada perang saudara di Nippon” kata Yoshinobu dengan tegas. Setelah Shogun Tokugawa terakhir menyerahkan kekuasaannya kepada Kaisar Meiji pada 1867, maka berakhirlah kekuasaan Bakufu di bawah Tokugawa, yang berlangsung selama 264 tahun, (1603-1867) dan berakhir pula kekuasaan militer yang telah berlangsung lebih kurang 650 tahun[5]. Meizi Tenno (Matsuhito 1867-1912 pada waktu itu baru berusia 14 tahun) akhirnya memegang tampuk pemerintahan Jepang pada tanggal 14 Desember dan membuka zaman baru yang gemilang bagi Jepang.
Peristiwa di atas dikenal dengan sebutan “Restorasi Meiji”. Tenno memakai sebutan nama masa pemerintahan Meiji. Meiji sendiri diartikan yang berfikiran cerah dan fikirannnya diterangi. Langkah awal yang dilakukan Tenno yang baru ialah memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo (1869), dimana berdasarkan dari ajaran Shintoisme diciptakan bendera kebangsaan Jepang yang diberi nama Hinomaru didasrkan atas Ameterasu sebagai dewa matahari dan lagu kebangsaan kimigayo berdasar atas keabadian Tenno sebagai dewa. Shintoisme sendiri akhirnya diresmikan sebagai agama Negara. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin kekokohan kebangsaan Jepang yang akan dijadikan dasar modernisasi Jepang. Pada tanggal 6 April 1868 Tenno mengeluarkan proklamasinya yang terkenal yaitu:
- Akan dibentuk parlemen.
- Harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa.
- Semua jabatan terbuka untuk semua orang.
- Adat-istiadat kolot yang menghalang-halangi kemajuan harus dihapuskan.
- Mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan Negara (Soebantardjo, 1958: 10).
Restorasi Meiji ini dibarengi degan re-organisasi dalam pemerintahan dan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang sosial ekonomi dan kebudayaan. Dalam pemerintahan adapaun perubahan yang terjadi, yakni :
1. Tenno menjadi kepala negara (bersifat dewa abadi).
2. Dihapuskannya sistem feodalisme.
3. Daimyo-daimyo atau bangsawan dirubah kedudukannya dan dijadikan sebagai pegawai negeri dan tanah-tanah yang mereka kuasai diserahkan kepada Tenno.
4. Pemerintahan diatur secara barat dengan adanya kabinet dan parlemen.
5. Disahkannya UUD pada tanggal 11 Februari 1890 oleh Tenno.
Dalam bidang militer pemerintahan yang baru membangun angkatan perangnya secara modrn, di mana angakatan darat dipegang oleh keluarga Chosu dan dibuat secara Jerman, dan angkatan Laut dipegang oleh keluarga Satsuma dibentuk secara Inggris. Disamping itu tiap-tiap warga negara yang berumur 20 tahun dikenakan wajib militer dan setelah itu untuk praktek mereka dikirim ke daerah-daerah perbatasan yang berbahaya. Kementerian pertahanan tidak bertanggung jawab kepada parlemen, tetapi kepada Tennno dengan demikiankementerian pertahanan sangat kuat kedudukannya dan akhirnya menjelma menjadi Gunbatsu (pemerintahan diktator militer), Jepang pun memiliki angkatan pertahanan yang kuat karena setengah dari anggaran belanja negara dipergunakan untuk militer.
Bersama dengan modernisasi angkatan perang ini timbul kembali apa yang dikenal sebagai semangat Bushido sebagai dasar jiwa ketentaraan. Prajurit Jepang harus memegang teguh ajaran Bushido artinya menginsafi kedudukannya masing-masing di dalam hidup ini, mempertinggi derjat dan kecakapan diri, melatih dirinya lahir batin untuk menyempurnakan kecakapannya dalam ketentaraan, memegang teguh disiplin, menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan tanah air sampai titik darah yang terakhir. Mati untuk tenno adalah bentuk mati yang sempurna dan termulia. Bushido inilah yang memberi kekuatan lahir batin kepada tentara Jepang. Akibat dari modernisasi militer ini maka secara otomatis golongan Samurai dihapuskan dan ini menyebabkan timbulnya pemberontakan
D. Pemberontakan Satsuma
a. Kekecewaan Samurai
Restorasi Meiji memberikan dampak yang signifikan dalam bidang politik serta pemerintahan. Hal ini sudah tentu menyebabkan runtutan budang-bidang lainnya yang terkena imbas dari perubahan di bidang politik serta pemerintahan.
Pemegang kendali di bidang milter telah dikuasai oleh pihak asing. Hal ini menyebabkan para Samurai seakan-akan telah di abaikan oleh pemerintah. Dalam hal lain para Samurai merasa kecewa akibat dari modernisasi Jepang telah menyebabkan hilangnya kekuasaan samurai dan penghancuran sistem tradisional. Peraturan Penghapusan Pedang atau Haito Rei yang melarang samurai membawa katana juga merupakan salah satu penyebab terjadinya pemberontakan ini.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Saigo Takamori, yang pada sepuluh tahun lalu memimpin pasukan Jepang untuk mengalahkan samurai dari klan Tokugawa. Mulanya, Saigo setuju dengan konsep Restorasi Meiji. Tapi, perlahan-lahan, ia jadi ikut membangkang, karena Restorasi Meiji menghapus segala bentuk samurai dan atributnya. Slogan para pemberontak adalah "Pemerintah Baru, Moralitas Tinggi" (Shinsei Kotoku). Mereka tidak meninggalkan atribut Barat, seperti memakai meriam dan senjata api. Saigo sebagai panglima perang juga memakai baju militer ala barat. Barulah di saat stok senjata mereka habis, mereka memakai katana dan panah.
b. Berakhirnya Kelas Samurai
Penyerbuan terhadap pemberontakan Satsuma dipimpin oleh Panglima Sumiyoshi Kawamura pada Januari 1877, pasukan Angkatan Laut Jepang bergerak untuk menguasai kota Kagoshima, sebuah kota utama milik klan samurai dari Satsuma. Tentara ini disambut serangan oleh Saigō dan anak buahnya. Pasukan Saigo memakai senjata api untuk melawan pasukan Angkatan Laut Jepang, tapi mereka masih memakai taktik militer lama. Banyak pasukan Jepang yang dikirim merupakan bekas samurai dulunya yang pada waktu itu sudah mengadopsi sistem Barat dan sudah bersumpah kepada kaisar Meiji.
Motivasi utama para samurai melakukan Pemberontakan Satsuma adalah untuk membangkitkan semangat dan mempertahankan harga diri mereka sesuai dengan aturan seorang samurai. Tujuan utama mereka bukanlah untuk melawan dan menggulingkan kekuasaan pemerintah yang baru saja berdiri, melainkan sebagai suatu tanda mempertahankan harga diri sesuai dengan aturan-aturan kehidupan seorang samurai serta feodalisme yang menempatkan mereka sebagai golongan terhormat dalam struktur masyarakat Jepang.
Pada bulan Februari 1877, pasukan Saigo Takamori yang terdiri dari 25 ribu hingga 40 ribu prajurit bersiap-siap menantikan penyerangan pasukan pemerintah di garis depan kota Kagoshima. Hal ini dicatat oleh para sejarawan sebagai kesalahan dalam strategi berperang Saigo Takamori karena pasukan pemerintah di bawah komando Sumiyoshi Kawamura memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan penyerbuan dengan 300 ribu prajurit. Seorang samurai berhasil membunuh dua pasukan pemerintah seperti direncanakan sebelumnya. Namun, para samurai kalah dalam jumlah dibandingkan prajurit pemerintah. Pertempuran berlangsung selama enam minggu, dan Saigo Takamori hanya memiliki 300-400 prajurit yang tersisa. Pada pertempuran terakhir, yaitu pertempuran Shiroyama, Saigo luka berat. Dalam keadaan hampir tertangkap pasukan pemerintah, Saigo melakukan seppuku pada 24 September 1877. Peperangan ini menghabiskan dana besar di pemerintah Jepang, sekaligus merupakan akhir dari kelas samurai di Jepang. Sepuluh tahun kemudian, Kekaisaran Jepang meminta maaf dan memberikan gelar kemuliaan kepada Saigo Takamori sebagai samurai yang terakhir.[6] Tetapi, hal ini tidak membuat pemerintah bersikap antipati karena menyadari bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyalahkan tindakan yang telah mereka lakukan. Pemberontakan yang dilakukan samurai Satsuma telah sesuai dengan aturan atau code seorang samurai. Menaati aturan samurai merupakan salah satu kewajiban tertinggi para samurai.
Dampak Pemberontakan Satsuma 1877 bagi pemerintah yaitu tentang penggunaan senjata modern yang ternyata jauh lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan peralatan tradisional, sehingga pemerintah Meiji semakin terpacu untuk lebih meningkatkan modernisasi. Pemberontakan Satsuma 1877 juga telah mengubah pandangan para samurai tentang modernisasi Jepang. Para samurai-samurai Jepang akhirnya menyadari bahwa tradisi janganlah dijadikan sebagai hambatan tetapi dijadikan fasilitator bagi mereka untuk mencapai kemajuan. Spirit samurai yang harus digunakan dalam menyerap budaya-budaya dari luar, namun tidak menghilangkan tradisi yang selama ini dipegang teguh oleh mereka.[7]
Pasukan Kekaisaran Jepang di garis depan Kumamoto
Saigō Takamori sedang duduk dikelilingi perwiranya dalam kostum samurai
Saigo Takamori
[1] http://www.freelists.org/archives/nasional_list/12-2005/msg00076.html], diakses pada 2 Januari 2011.
[2] http://reinhardlumbantobing.wordpress.com/2007/07/26/catatan-pendek-mengenai-kekristenan-di-jepang/ ], diakses pada 2 Januari 2011
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_Satsuma, diakses pada 2 Januari 2011.
[7] http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0617110-110425/, diakses pada 2 Januari 2011.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar